Kamis, 12 Februari 2015

cerita : dosen vs mahasiswa

Suatu saat disebuah ruangan kuliah terjadi percapakan sebagai berikut...

Profesor:
"Apakah Tuhan menciptakan segala yg ada?"
Seorg mahasiswa:
"Betul, Dia yg menciptakan semuanya"
"Tuhan menciptakan semuanya?" tanya profesor sekali lagi
"Ya pak, semuanya" kata mhsw tsb
Profesor itu menjawab, "Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan..."

Mahasiswa itu terdiam & tidak bisa menjawab hipotesis profesor tersebut.
Mhsw lain berkata, "Profesor, boleh saya bertanya sesuatu ?"
"Tentu saja," jawab si Profesor
Mahasiswa : "Profesor, apakah dingin itu ada?"
"Pertanyaan macam apa itu ? Tentu saja dingin itu ada."
Mahasiswa itu menjawab, "Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu-460F adalah ketiadaan panas sama sekali & semua partikel menjadi diam & tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin utk mendeskripsikan ketiadaan panas...."

Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu ada ?"
Profesor itu menjawab, "Tentu saja itu ada."
Mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan di mana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak.
Kita bisa menggunakan prisma Newton untukmemecahkan cahaya menjadi beberapa warna & mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tak bisa mengukur gelap.
Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut.
Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya..."

Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah kejahatan itu ada?"
Dengan bimbang professor itu menjawab, "Tentu saja !"
Mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi Anda salah, Pak. Kejahatan itu TIDAK ADA... Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan....

Seperti dingin atau gelap, kejahatan adalah kata yg dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan....
Tuhan tak menciptakan kejahatan...
Kejahatan adalah hasil dari TIDAK ADA-nya Tuhan dihati manusia...."

Profesor itu terdiam....

Nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein...


cerita : jadilah orang tua yang bijak


Alkisah, ada seorang anak yang bertanya pada ibunya, “Ibu, temanku tadi cerita kalau ibunya selalu membiarkan tangannya sendiri digigit nyamuk sampai nyamuk itu kenyang supaya ia tak menggigit temanku. Apa ibu juga akan berbuat yang sama?”

Sang ibu tertawa dan menjawab terus terang, “Tidak. Tapi, Ibu akan mengejar setiap nyamuk sepanjang malam supaya tidak sempat menggigit kamu atau keluarga kita.”

Mendengar jawaban itu, si anak tersenyum dan kembali meneruskan kegiatan bermainnya. Tak berapa lama kemudian, si anak kembali berpaling pada ibunya. Ternyata mendadak ia teringat sesuatu. “Terus Bu, aku waktu itu pernah dengar cerita ada ibu yang rela tidak makan supaya anak-anaknya bisa makan kenyang. Kalau ibu bagaimana?” Anak itu mengajukan pertanyaan yang hampir sama.

Kali ini sang Ibu menjawab dengan suara lebih tegas, “Ibu akan bekerja keras agar kita semua bisa makan sampai kenyang. Jadi, kamu tidak harus sulit menelan karena melihat ibumu menahan lapar.”

Si anak kembali tersenyum, dan lalu memeluk ibunya dengan penuh sayang. “Makasih, Ibu. Aku bisa selalu bersandar pada Ibu.”

Sembari mengusap-usap rambut anaknya, sang Ibu membalas, “Tidak, Nak! Tapi Ibu akan mendidikmu supaya bisa berdiri kokoh di atas kakimu sendiri, agar kamu nantinya tidak sampai jatuh tersungkur ketika Ibu sudah tidak ada lagi di sisimu. Karena tidak selamanya ibu bisa mendampingimu.”

Ada berapa banyak orangtua di antara kita yang sering kali merasa rela berkorban diri demi sang buah hati? Tidak sadarkah kita bahwa sikap seperti itu bisa menumpulkan mental pemberani si anak?

Jadi, adalah bijak bila semua orangtua tidak hanya menjadikan dirinya tempat bersandar bagi buah hati mereka, melainkan juga membuat sandaran itu tidak lagi diperlukan di kemudian hari. Adalah bijak jika para orangtua membentuk anak-anaknya sebagai pribadi mandiri kelak di saat orangtua itu sendiri tidak bisa lagi mendampingi anak-anaknya di dunia.

cerita lalat

Beberapa ekor lalat nampak terbang berpesta di
atas sebuah tong sampah di depan sebuah
rumah. Suatu ketika, anak pemilik rumah keluar
dan tidak menutup kembali pintu rumah.
Kemudian nampak seekor lalat bergegas
terbang memasuki rumah itu. Si lalat langsung
menuju sebuah meja makan yang penuh dengan
makanan lezat.


“Saya bosan dengan sampah-sampah itu, ini
saatnya menikmati makanan segar,” katanya.
Setelah kenyang, si lalat bergegas ingin keluar
dan terbang menuju pintu saat dia masuk,
namun ternyata pintu kaca itu telah terutup
rapat. Si lalat hinggap sesaat di kaca pintu
memandangi kawan-kawannya yang melambai-
lambaikan tangannya seolah meminta agar dia
bergabung kembali dengan mereka.


Si lalat pun terbang di sekitar kaca, sesekali
melompat dan menerjang kaca itu, dengan tak
kenal menyerah si lalat mencoba keluar dari
pintu kaca. Lalat itu merayap mengelilingi kaca
dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan
bolak-balik, demikian terus dan terus berulang-
ulang. Hari makin petang, si lalat itu nampak
kelelahan dan kelaparan. Esok paginya, nampak
lalat itu terkulai lemas terkapar di lantai.


Tak jauh dari tempat itu, nampak serombongan
semut merah berjalan beriringan keluar dari
sarangnya untuk mencari makan. Dan ketika
menjumpai lalat yang tak berdaya itu, serentak
mereka mengerumuni dan beramai-ramai
menggigit tubuh lalat itu hingga mati. Kawanan
semut itu pun beramai-ramai mengangkut
bangkai lalat yang malang itu menuju sarang
mereka.


Dalam perjalanan, seekor semut kecil bertanya
kepada rekannya yang lebih tua, “Ada apa
dengan lalat ini, Pak? Mengapa dia sekarat?”
“Oh.., itu sering terjadi, ada saja lalat yang mati
sia-sia seperti ini. Sebenarnya mereka ini telah
berusaha, dia sungguh-sungguh telah berjuang
keras berusaha keluar dari pintu kaca itu.


Namun ketika tak juga menemukan jalan keluar,
dia frustasi dan kelelahan hingga akhirnya jatuh
sekarat dan menjadi menu makan malam kita.”
Semut kecil itu nampak manggut-manggut,
namun masih penasaran dan bertanya lagi,
“Aku masih tidak mengerti, bukannya lalat itu
sudah berusaha keras? Kenapa tidak berhasil?”
Masih sambil berjalan dan memanggul bangkai
lalat, semut tua itu menjawab, “Lalat itu adalah
seorang yang tak kenal menyerah dan telah
mencoba berulang kali, hanya saja dia
melakukannya dengan cara-cara yang sama.”
Semut tua itu memerintahkan rekan-rekannya
berhenti sejenak seraya melanjutkan
perkataannya, namun kali ini dengan mimik dan
nada lebih serius, “Ingat anak muda, jika kamu
melakukan sesuatu dengan cara yang sama tapi
mengharapkan hasil yang berbeda, maka nasib
kamu akan seperti lalat ini.”



"Para pemenang tidak melakukan hal-hal yang
berbeda, mereka hanya melakukannya dengan
cara yang berbeda


 sumber: unknow

Rabu, 11 Februari 2015

tulisan : jika calon istrimu lulusan SMK



aku adalah perempuan tamatan sekolah menengah farmasi, setelah lulus sekolah aku bekerja sebagai Asisten apoteker  hanya  dua minggu saja aku bekerja di klinik dekat sekolahku, setelah itu aku mencoba merantau ke provinsi lain bekerja di sebuah pabrik sepatu kulit sebagai QC (Quality Control) dan itu bertahan 6 bulan saja,  aku memutuskan pulang dan menjadi pengangguran beberapa bulan.   

ga lama setelah itu aku kembali bekerja sebagai Asisten apoteker lagi di klinik, kali ini di kilinik yang dekat rumah. Dan lagi, ga lama hanya sampai 3 bulan saja, selanjut nya aku kembali merantau ke pulau lain.

Bukan soal apa aku bekerja secara nomaden, aku hanya merasa harus banyak memperluas pengalaman untuk mengembangkan diri,  terlepas karena lulusan SMK, no matter at all. Tetap ilmu dasar farmasi sampai sekarang masih aku pelajari tidak sampai hati aku lupakan begitu saja walau kerjaanku sekarang sama sekali tidak membutuhkan dasar-dasar ilmu kefarmasian sedikitpun.


Sekarang, apa yang terlintas di pikiranmu  jika calon istrimu kelak hanya tamatan SMK? Mungkin kamu malu jika di undangan pernikahan kita tidak tertera embel-embel lulusan Sarjana di belakang  namaku nanti
ketahuilah sayang, bahwa yang aku tulis di paraghraf sebelum nya adalah benar, aku adalah calon istrimu seorang tamatan SMK

walau begitu aku bisa bermultifungsi, aku bisa menjadi suster pribadimu, yang merawat mu dan anak-anak, bisa menjadi bendahara sekaligus sekretaris yang mengatur semua asset mu dan selalu mengingatkan jadwal kerja mu  juga menyiapkan segala sesuatunya, aku bisa juga menjadi arsitek dekorasi rumah akan aku tata hingga rapih dan nyaman untuk kita istirahat santai dan anak-anak bermain, aku akan menjadi ibu dan istri yang aku impi-impikan :)

sebisa mungkin aku mengimbangi mu, berwawasan dengan ilmu yang aku dapat  dari pengalaman meski bukan dari universitas. Tentu pengetahuan ku tidak sebanding dengan mereka yang hanya duduk mendengarkan dosen berceramah. 

Maka, jadilah guruku yang sabar mengajarkan ilmu yang belum aku pahami sebelum nya yang masih belum aku mengerti. karena ajaranmu itu aku akan mudah beradaptasi dg masalah problematika rumahtangga

yaa semua ada cara nya, seperti mencintaimu. Aku akan mencintaimu seperti cara ibumu. Aku akan mendo’akanmu walau kau jauh dariku, aku akan percaya padamu bahwa saat kamu tidak di dekatku hanya aku yang ada di hatimu, menemanimu dari musim kemarau, hujan hingga kemarau lagi, dari tidur di tikar, spring bed sampai kembali ke tikar lagi. kamu tahu dear? aku akan senang sekali jika menemani mu melalui proses kemapanan bersama. Karena aku tahu apa yang kamu yakini bahwa “kemapanan adalah harga diri seorang laki-laki”

Dari aku yang kelak selalu mengaminkan do’a mu sehabis shalat bersama, wanita yang berada di shaf belakangmu, dan yang kau sebut namanya di Ijab Qabul seumur hidupmu itu :D



Selasa, 10 Februari 2015

Bilur Rindu untuk Air Susu

Aku menantimu disini, di sudut kota
Saat kau berjuang di garis terdepan avant garde
Kau tinggalkan aku setelah kau singgahi rahimku dengan sperma
Dan sperma itu menghadiahi aku bayi mungil
Apa kau tau kalau aku kini telah berdua menanti?
Menanti dalam bajuku yang kian lusuh serupa gelandangan, menggendong anak serupa yatim yang kian kurus

Kupuja Tuhan, melantunkan nyanyian cinta penuh rindu
Kau takkan mendengar dengan telinga tapi dengan hatimu
Itu kalau kau masih mengingatku, wanita yang pernah kau singgahi rahimnya dengan sperma
Kutatap wajah pria yang juga singgahi rahimku
Yang kini ada dipangkuanku, yang menanti air susu di balik kutang yang kian mengering
Kubuai ia dengan air mata bukan air susu

Kemiskinan ini mencekik ku kasih
Memekatkan hati melihat kasih lain berlinang air mata
Ini sudah hampir setahun
Badanku kini kering tak tersiram cinta ataupun materi
Kepada siapa aku harus berharap kalau kasih tak kunjung pulang?
Sementara priaku yang lain butuh air di balik kutangku


inspby my fav writer 

Selasa, 03 Februari 2015

bagaimana memandang kehidupan?

CERITA INSPIRATIF

Seorang ibu menyuruh anaknya membeli sebotol penuh minyak. Ia memberikan sebuah botol kosong dan uang sepuluh ribu rupiah. Anak itu pun pergi membeli apa yang diperintahkan oleh ibunya.

Dalam perjalanan pulang, ia terjatuh. Minyak yang ada dalam botol itu tumpah hingga separuh. Ketika mengetahui botolnya kosong separuh, ia menemui ibunya dengan menangis. “Oh, saya kehilangan minyak setengah botol! Saya kehilangan minyak setengah botol!” Ia sangat bersedih hati dan tidak bahagia. Tampaknya anak itu memandang kejadian ini secara negatif dan bersifat pesimis.

Kemudian, ibu itu menyuruh anaknya yang lain untuk membeli sebotol minyak. Ia juga memberikan sebuah botol kosong dan uang sepuluh ribu rupiah. Kemudian anaknya itu pun pergi membeli apa yang diperintahkan oleh ibunya. Dalam perjalanan pulang, ia juga terjatuh. Dan separuh minyaknya pun tumpah.

Ia memungut botol itu dan mendapati minyaknya tinggal separuh. Anak itu pun pulang dengan wajah tenang. Ia berkata kepada ibunya. “Oh, Ibu saya tadi terjatuh. Botol ini pun terjatuh dan minyaknya tumpah. Bisa saja botol itu pecah dan minyaknya tumpah semua. Tapi, lihat, saya berhasil menyelamatkan separuh minyak.” Anak itu tidak bersedih, malahan ia tampak tenang. Kemudian katanya,”Ibu, saya akan pergi ke pasar untuk bekerja keras sepanjang hari agar bisa mendapatkan uang lima ribu rupiah untuk membeli minyak setengah botol yang tumpah. Sore nanti, saya akan memenuhi botol itu.” Anak ini tampak bersikap optimis atas kejadian yang menimpanya.

pesimis atau optimis? pilihan kita mau jadi yang mana :)

kenapa di Indonesia banyak pengangguran berpendidikan?

Anggota Dewan Pendidikan Tinggi (DPT), Sofian Effendi menjelaskan bahwa saat ini pendidikan tinggi di Indonesia tidak berkembang. Sebabnya selama ini lulusan dari banyak perguruan tinggi yang ada di Indonesia tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini disampaikan oleh Sofian Effendi dalam Workshop UU Pendidikan Tinggi (Dikti).

Menurutnya, sekarang ini ada kecenderungan ketidaksesuaian tenaga-tenaga yang diperlukan oleh masyarakat. Masyarakat lebih membutuhkan mahasiswa yang menjadi teknisi daripada akademisi.

"Masyarakat kita itu sebenarnya lebih banyak membutuhkan teknisi daripada akademisi. Akibatnya apa? Sekarang masih banyak sarjana pengangguran, yang dihasilkan dari perguruan tinggi ini adalah yang tidak sesuai dari kebutuhan masyarakat. Masyarakat lebih butuh teknisi, tapi perguruan tinggi lebih banyak menghasilkan akademisi," kata Sofyan di Hotel Atlet Century Park, Senayan, Jakarta (20/5).

Sofyan memaparkan, di Indonesia saat ini lulusan perguruan tinggi dengan latar jurusan akademik berjumlah 82.5 persen dan hanya 17,5 persen yang berlatar belakang vokasi.

"Padahal, kebutuhan yang dibutuhkan oleh masyarakat saat ini adalah 75 persen, yang di mana itu adalah tenaga teknisi," ujar Sofian.

Mantan rektor UGM ini juga menilai saat ini industri-industri di Indonesia sudah semakin berkembang. Sudah seharusnya masyarakat mempunyai SDM yang baik, seperti mahasiswa-mahasiswa yang didukung dengan keahlian teknis. Akan tetapi, saat ini banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia yang sudah mendatangkan teknisi-teknisi dari luar negeri.

"Bagaimana kalau begini, sekarang sudah ada kurang lebih 100 ribu teknisi asing yang didatangkan ke Indonesia. Mahasiswa kita pada ke mana? Sudah saatnya ada kebijakan yang baik dari perguruan tinggi untuk meningkatkan kualitas-kualitas mahasiswanya. Yang jelas tanggung jawab pemerintah di sini juga diperlukan, tanggung jawab pemerintah juga harus ada," papar Sofian di akhir wawancara.


sumber: merdeka.com